Dalam konferensi pers selepas pertandingan terakhir yang menentukan di pentas Liga Champions kontra Shakhtar Donetsk, Conte secara emosional menjawab pertanyaan jurnalis terkait keputusannya yang dianggap banyak orang terlambat untuk melakukan pergantian pemain dalam upaya mengejar kemenangan pada pertandingan tersebut.
“Mungkin akan lebih tepat bagimu sesekali untuk menjadi pelatih. Mungkin kau lebih baik”, ujarnya kepada wartawan yang menanyakan hal tersebut.
Jawaban Conte yang emosional tersebut sebenarnya dapat dimaklumi. Suasana hatinya pasti gak karuan setelah Inter gagal lanjut ke babak 16 besar UCL. Bahkan Inter pun gak bisa untuk sekedar bergabung dengan kakak tiri untuk bersama-sama mengarungi Liga Malam Jumat. Padahal kalau masuk Liga Eropa kemungkinan juara sangatlah besar, berhubung yang punya liga tersebut, Sevilla, ternyata musim ini lebih demen lanjut main di UCL. Mungkin Sevilla bener-bener udah bosen sama Liga Eropa, tepatnya bukan bosen juara sih, tapi bosen sama duitnya yang lebih dikit ketimbang UCL. Juara tapi tetep kere.
Tapi dengarlah Mr. Conte, pertanyaan dari jurnalis tersebut mewakili mungkin hampir sebagian besar fans Inter, pengamat, wartawan, dan penikmat bola yang saat itu nonton pertandingan Inter lawan Donetsk. Mengapa Inter yang benar-benar perlu kemenangan untuk tetap lanjut berlaga di kompetisi Eropa, baru memasukkan pemain pengganti mendekati ujung permainan?, padahal permainan di lapangan tampak sudah deadlock, dan perlu perubahan sesegera mungkin untuk mengubah jalannya pertandingan dan menciptakan lebih banyak peluang dengan harapan akan tercipta gol kemenangan. Bayangkan saja Conte baru memasukkan Ivan Perisic dan Sanchez pada menit 68 dan 75, serta memasang Eriksen, Ambrosio, dan Darmian di sisa 5 menit waktu normal pertandingan. Masuknya beberapa pemain dengan tipe lebih menyerang, ternyata membuat permainan lebih hidup dan tercipta beberapa peluang emas. Namun apa daya, dengan waktu bermain yang terbatas, pemain-pemain baru masuk tersebut tidak dapat berbuat lebih banyak lagi.
Keluhan terkait lambatnya pergantian yang dilakukan Conte sebenarnya sudah semenjak Conte membesut Inter, dan puncaknya terjadi di laga yang amat krusial lawan Donetsk tersebut.
BACA JUGA: [Giornata 15} INTER 6–2 Crotone: Sudah Saatnya Vidal Temani Kolarov di Bench
Namun untunglah, entah dapat hidayah dari mana, Conte mulai terlihat meninggalkan kebiasaannya tersebut. Conte mulai berani melakukan pergantian pemain lebih cepat. Ketika dirasa ada pemain yang performanya caur di babak pertama, doi mulai berani langsung menggantikannya sejak awal babak kedua. Hal itu salah satunya dapat kita lihat pada pertandingan melawan Crotone di Liga Italia, bagaimana Conte memasukkan Sensi di awal babak kedua menggantikan permainan konyol Vidal di babak pertama. Dan hasilnya seperti yang kita ketahui sangatlah memuaskan.
Tetapi sayangnya, tampaknya hidayah ini datang secara parsial. Hidayah baru menyadarkan Conte dari pergantian pemain yang lambat, tapi belum menyentuh pikiran Conte untuk memainkan seorang pemain dari awal laga atau sebagai pemain pengganti, berdasarkan penampilan pemain tersebut pada beberapa pertandingan sebelumnya. Dan hal tersebut terjadi ketika Inter menghadapi Sampdoria pada lanjutan Liga Italia.
Sensi yang bermain luar biasa ketika melawan Crotone serta beberapa laga sebelumnya, seharusnya bisa tampil semenjak awal laga, atau kalau ketakutan kembali didera cedera, seengaknya doi bisa masuk di babak kedua untuk menggantikan RG5 yang kembali hanya berfungsi memenuhi kuota 11 pemain Inter di lapangan. Apalagi kondisinya saat itu Inter sudah tertinggal 2-0 di babak pertama, dan perlu perubahan sesegera mungkin, seperti ketika laga melawan Crotone. Namun sampai akhir pertandingan, Sensi bahkan tidak melakukan pemanasan sama sekali, dan hanya duduk-duduk manis bareng pemain cadangan lainnya di bench.
Seperti dibahas sebelumnya, Conte sudahlah “insyaf” dari pergantian pemain yang lambat. Pada laga lawan Sampdoria, doi langsung memasukkan pemain pengganti semenjak awal babak kedua, dimana Perisic menggantikan Young yang memang keteteran menghadapi sang mantan, Candreva, di sisi kiri pertahanan Inter.
Namun yang memang membuat saya nggak habis pikir yaitu mengapa Perisic yang harus menggantikan Young. Okelah kondisinya memang diperlukan pemain dengan tipe menyerang untuk mengejar ketertinggalan, tapi kita bisa lihat penampilan Perisic pada beberapa partai sebelumnya, menyerang dan bertahannya sama-sama gak jelas. Dan hal tersebut berlanjut ketika lawan Sampdoria. Doi nggak banyak memberi dampak yang signifikan ketika melakukan penyerangan, umpan-umpannya lebih banyak diterima burung yang waktu itu banyak bergerombol di Stadion Luigi Ferraris, ketimbang nyampe menuju kaki dan kepala Lukaku ataupun Toro.
Saya melihat Perisic lebih baik penampilannya ketika doi ditempatkan di posisi penyerang. Beberapa ancaman mampu ia tebarkan ketika berposisi lebih ke tengah, dan tidak harus turun terlalu jauh untuk membantu pertahanan.
Mengapa Conte tidak mencoba Darmian di posisi bek sayap kiri dan malah lebih memilih Perisic?, padahal Darmian bermain amat baik pada pertandingan sebelumnya ketika doi mengisi posisi yang bukan biasanya ia tempati yakni sebagai bek sayap kiri menggantikan Young di babak kedua saat laga melawan Crotone. Dan yang luar biasanya, Darmian mampu memberikan satu assist pada pertandingan tersebut untuk gol yang diceploskan oleh Hakimi. Penampilan Darmian pada pertandingan-pertandingan sebelumnya pun patut diacungi jempol ketika menempati posisi naturalnya di posisi bek sayap kanan.
Penampilan cemerlang Darmian dan Sensi di pertandingan-pertandingan sebelumnya, nyatanya tidak membuat mereka berdua otomatis dapat bermain sebagai starting eleven, bahkan untuk sekedar menjadi pemain pengganti ketika keadaan sudah memerlukan perubahan.
Pertandingan lawan Sampdoria pada pekan ke-16 sebenarnya merupakan momen yang tepat untuk menjadi capolista setidaknya untuk beberapa hari ke depan dan tidak hanya untuk beberapa jam saja, berhubung Milan bakalan ketemu Juve. Walau Juve musim ini masih main inkonsisten, Juve tetaplah Juve, mental pemenangnya kerap kali muncul pada laga-laga sulit seperti melawan rival terdekat. Oleh karenanya saya menyakini, jika mampu menang lawan Sampdoria, Inter akan menggengam capolista untuk pekan ini. Dan ternyata benar, Juve mampu menorehkan kekalahan pertama bagi Milan di musim ini.
Namun Inter tetaplah Inter, senang sekali menyulitkan diri sendiri, salah satunya lewat kontribusi pemikiran yang tidak dapat saya pahami dari seorang Conte perihal pemilihan starting eleven dan pemain pengganti-nya.
Buat kamu interisti yang senang nulis, bisa banget mejeng tulisannya di website ini. Persyaratannya dapat dilihat pada link berikut: NULIS TENTANG INTER